Azkiyah Wish: My Beloved Family

Setahun berlalu setelah wisuda kakak pertamaku, Adelia O.P. Kalau diingat-ingat, saat-saat ini merupakan tepat satu tahun hijriah setelah peristiwa membahagiakan itu terjadi. Orang tuaku datang ke Jogja bersama adik-adikku. Aku sangat senang. Pertengahan puasa, mereka datang. Aku ingat, hari itu aku berbuka bersama dengan anak-anak kelas XA, kelasku di tahun pertama sekolah di MAN 1 Yogyakarta tercinta =]

Setelah buka bersama dan sholat maghrib, kami sekelas singgah ke sekolah. Beberapa masih akan melanjutkan jalan-jalan ke Benteng Vre De Burg. Aku tidak ikut, tentu saja karena keluargaku akan segera tiba. Kebetulan sekali, ketika itu aku tidak ada yang mengantar pulang ke kos (aku gak ada motor) dan Papa menelponku, bahwa taksi yang ditumpanginya sudah hampir melewati sekolahku. Segera ku katakana, aku ingin pulang bersama karena aku masih di sekolah.

Aku disuruh menunggu di depan kampus kakakku, FMIPA UGM, seberang sekolahku. Malam itu di bulan Romadhon, cahaya lampu kota, bulan yang bersinar, hawa yang sejuk membuatku merasa bahwa ini malam terindah yang aku punya. Bayangkan, setelah hampir setahun tidak bertemu dengan keluargaku, sebentar lagi, tinggal menunggu detik demi detik, aku akan berjumpa dengan mereka, keluarga yang selalu kurindukan.

Menunggu dengan berbagai perasaan senang dan tidak sabar yang meluap-luap saat itu sangat kunikmati. Mataku tak henti mengawasi perempatan Mirota, KFC, MAN 1 dan FMIPA itu. Dan ketika sebuah taksi menuju ke arahku dengan putaran roda yang melambat, kaca mobil terbuka. Sebuah wajah tampak tersenyum ke arahku.

Subhanallah! Itu papa! Ada mama di sampingnya. Mereka duduk berdua di jok belakang. Aku masuk dan duduk di depan. Segera kucium tangan Mama dan Papa. Perjalanan menuju kos yang sangat sebentar sangat kunikmati.

Lalu dimana Icha, Ola, Dafa dan Afif? Oh, mereka sudah sampai duluan, karena mereka langsung dijemput kakak-kakakku. Mereka sudah tidak kuat naik mobil, katanya. Aku jadi semakin tidak sabar bertemu mereka.

Kami akhirnya sampai. Aku senang. Saaaaangat senang. Sampai sekarang, rasa bahagiaku saat itu masih bisa terasa jika kuingat-ingat. Di kamarku yang sanga sempit itu, ada Icha dan Ola. Aaaaaa~ aku sangat rindu dua bocah yang sudah besar ini. Icha, seperti biasa, tampak dewasa. Dan aku sangat senang karena akhirnya bisa berbicara dengan bahasa Makassar yang cukup kental dengannya. Ola, ia tumbuh dengan sehat. Ketika itu wajahnya lesu. Tapi pancaran bahagia tetap terlihat. Dia selalu terlihat lesu setelah perjalanan yang melelahkan dan ‘memualkan’ baginya. Kakakku yang sedang KKN juga menyempatkan pulang agar bisa bertemu dengan keluarga. Kami sekeluarga berkumpul di Jogjaa!
Dan mulai saat itu, kami sahur dan buka bersama, momen-momen terindah saat Ramadhan.

ini foto waktu mereka masih di bandara Hasanuddin, akan berangkat ke Surabaya. (rutenya ke Surabaya dulu, baru ngebis ke Jogja.)

ini dia, dua bersaudara yang sering berantem, tapi selalu saling menyayangi =)

Icha dan Mama =D

Ini waktu Kak Ade, Ica, Ola, Dafa, Afif dan Papa jalan-jalan ke Masjid Kampus UGM

biasalah, mesti geje kalau foto2 bareng Kakak yang satu ini.. ^^

ini semuanya ngumpul, Papa yang foto

lihat si Ola (kerudung coklat), dia gak suka foto-foto, apalagi geje gitu. sok cool, tuh. haha..

Weeeh, keren nih gayanya Dafa..

ini aksinya dafa dalam Maskam:

di rumah, Dafa suka baca Al-Quran. dulu, sih, setauku dia bacanya pake Qur'an Papa yang gede, di ruang tamu, sambil suaranya dikerasin, tapi bacanya itu-itu aja; Qul Huallahu Ahad'... ^^"

jadi anak yang sholeh, ya, Dek =')

eeits, Afif gak mau kalah...